Memanusiakan Manusia



Pengertian

Memanusiakan manusia berarti memanusiakan antarsesama, menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain. Bagi diri sendiri menunjukan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia, bagi orang lain memberikan rasa percaya, hormat, kedamaian dan kesejahteraan hidup. Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk mulia sedangkan bagi orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi menciptakan penderitaan, kesusahan, ketakutan, maupun rasa dendam.

Memanusiakan manusia dibagi menjadi 4, yaitu:
  • Manusia dengan cinta kasih
  • Manusia dengan Keindahan
  • Manusia dengan penderitaan
  • Manusia dengan keadilan
Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat pada dirinya. Manusia memiliki akal budi yang bisa memunculkan rasa atau perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang mendorong prilaku baik sebagai manusia. Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantisa menghargai dan menghormati harkat, martabat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan manusia berarti tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti dan perilaku-perilaku tercela lainnya.


Cita – Cita

Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.  Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia. Itulah sebabnya, cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas manusia.

Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama, novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.

Dalam cita-cita itu sendiri memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya cita-cita yang diinginkan, yaitu;
  • Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang berkemauan, sehinggan apa yang dicita-citakan tercapai tapi akan sebaliknya bila seorang tidak ada kemuan cita-citanya hanya jadi sebuah imajinasi yang kosong. Akan tetapi cita-cita diperbolehkan setingginya tapi disertai dengan kemauan dengan niat yang tinggi dan hal itu akan terjadi dengan adanya cita-cita menciptakan motivasi hidup akan memperjuangakan apa yang diinginkan
  • Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umunya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapai suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapai suatu cita-cita.
  • Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor mencapai cita-cita dengan menggapai cita-cita kita harus sadarkan diri kita sampai sejauh mana yang bakal kita capai dengan ita-cita yang ada mekipu ada pepatah gantungkan mimpimu setnggi langit akan tetapi dilain hal ketika kita tak bisa bakal jadi efek yang negatif yang membuat kita menjadi putus asa.

Bijak

Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan suara hatinya cenderung manusia untuk berbuat kebaikan.pada dasarnya kebajikan adalah suatu perbuatan baik yang sesuai dengan norma agama dan etika.

Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan

Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri.

Suara hati masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan.

Ada 3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :
  • Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
  • Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik maupun tidak baik.
  • Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga sampai dewasa.

Usaha / Perjuangan

Hidup dan mati ada dalam genggaman Illahi. Takdir adalah kepastian, tapi hidup harus tetap berjalan. Proses kehidupan adalah hakikat, sementara hasil akhir hanyalah syariat. Kalimat tersebut merupakan suatu kutipan yang pernah diucakan oleh pangeran diponogor.  Dia menyarankan kepada seluruh orang bahwa hidup itu harus terus berjuang , jangan pantang menyerah , dan jangan takut akan takdir karena takdir ada di tangan sang illahi.

Usaha atau perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan suatu cita-cita yang di inginkan. Setiap manusia harus bekerja keras demi kelangsungan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau perjuangan. Perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna.

Bila kita menginginkan sukses kunci nya kita harus berusaha dan berdoa. Berusaha dalam artian belajar dengan tekun, rajin dan giat.

Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan karena kemampuan terbatas itulah menjadi tolak ukur setiap kemakmuran antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian atau keterampilan dari manusia itu sendiri.

 


Yakin/percaya

Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat,yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan. Dilihat dari segi bahasa, keyakinan berasal dari kata yaqin yang artinya percaya sungguh-sungguh. Kepercayaan berbeda dengan keyakinan. Keyakinan dan keimanan berada di atas istilah kepercayaan. Dan keyakinan ekuivalen dengan keimanan. Kepercayaan menerima dengan budi (ratio) dan keyakinan menerima dengan akal.

Dalam kehidupan, manusia mempunyai banyak keyakinan atas suatu hal. Dengan keyakinannya inilah, kemudian manusia bertindak sebagai makhluk budaya. Keyakinan yang dimiliki manusia bisa berwujud bermacam-macam. Dalam hal agama, keyakinan itu berarti menyakini secara pasti dan benar bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta. Dalam bidang kehidupan manusia menggunakan keyakinan sebagai cara dalam menempuh kehidupan. Tanpa keyakinan kehidupanakan diliputi oleh bimbang.


Referensi :



Komentar